PROGRAM KREASI SISWA PERMAINAN TRADISIONAL
SMA NEGERI 1 SEMARANG
1. Fact (Peristiwa)
Pendidikan merupakan salah satu alternatif yang bersifat preventif dalam rangka mengembangkan kualitas generasi muda bangsa sehingga diharapkan dapat mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka. Oleh karena itu, seyogyanya media pembelajaran pun dapat disesuaikan dengan jatidiri dan budaya bangsa. Salah satunya melalui permainan tradisional yang terdapat pada setiap daerah.
Permainan tradisional sudah jarang kita temui pada masyarakat modern seperti ini. Ada banyak sekali jenis permainan tradisional, seperti: bSibuta lola lolo dan gobak sodor, dan masih banyak lagi lainnya. Permainan tradisional mengajarkan kita untuk berjuang dan bergotong royong demi mencapai tujuan. Dengan pembelajaran yang dipadukan dengan permainan akan membuat anak merasa senang serta mencegah kejenuhan pada anak saat proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.
SMA Negeri 1 Semarang berada dipusat kota dimana kultur budaya terasa kurang tradisional. Selain itu, SMA Negeri 1 Semarang sudah semakin maju dan semua aspek kehidupan bergerak mengikuti perkembangan zaman tak terkecuali dengan gaya hidup manusia dalam penggunaan teknologi untuk berkomunikasi. Dengan demikian memang sangat tepat sekali jika dalam proses pendidikan di SMA Negeri 1 Semarang nguri-uri budaya tradisional salah satunya dengan permainan. Pada saat class meeting tanggal 13- 16 Juni 2022, kami laksanakan program aksi nayat di SMA Negeri 1 Semarang dengan mengadakan program kreasi siswa permainan tradisional. Pesertanya merupakan siswa kelas X dan XI. Sifat permainan bekerjasama dengan pihak OSIS dan MPK. Permainan tradisional yang dimainkan gobrak sodor dan sibuta lola lolo.
Permainan Sibuta Lola-Lolo
Permainan Gobrak Sodor
2. Feeling (Perasaan)
Program Kreasi Siswa Permainan Tradisional dilakukan dengan kerjasama OSIS dan MPK. Dengan kerjasama ini memfasilitasi program yang berdampak pada murid, sekaligus memberikan wadah bagi murid sebagai lingkungan belajar yang mendorong murid menggunakan suara/pilihan dan kepemilikan murid karena murid yang merencanakan dan mengeksekusi. Permainannya dengan setiap kelas bermain dan merebutkan juara. Sehingga siswa setiap kelas sangat antusias. Apalagi permainan ini belum pernah diterapkan di SMA Negeri 1 Semarang. Pada Pihak guru juga sangat senang dengan melihat permainan ini mengingatkan kita pada permainan masa kecil.
3. Findings (Pembelajaran)
a. Gobak sodor
Sejarah permainan gobak sodor permainan gobak sodor dikenal pula dengan nama galasin atau galah asin. Kata gobag artinya bergerak dengan bebas. Sedangkan sodor artinya tombak. Dahulu, para prajurit mempunyai permainan yang bernama sodoran sebagai latihan keterampilan dalam berperang. Sodor ialah tombak dengan panjang kira-kira 2 meter, tanpa mata tombak yang tajam pada ujungnya. Cara bermain gobak sodor yakni permainan terdiri dari 2 group, yaitu group jaga dan group lawan. Setiap orang di grup jaga membuat penjagaan berlapis dengan cara berbaris ke belakang sambil merentangkan tangan agar tidak dapat dilalui oleh lawan. Satu orang penjaga lagi bertugas di garis tengah yang bergerak tegak lurus dari penjaga lainnya. Jarak antara satu penjaga dengan penjaga lain di belakangnya sejauh 5 langkah, sedangkan jarak rentangan ke samping sejauh 4 kali rentangan tangan. Wilayah permainan dan garis jaga ditandai oleh kapus. Selama permainan berlangsung, salah satu kaki penjaga harus tetap di atas garis jaga, ia tidak bisa bergerak bebas untuk menghalangu pemain lawan melaluinya. Jika pemain lawantersentuh oleh penjaga maka pemain pun gugur. Kemenangan akan diperoleh grup jaga jika berhasil mengenai seluruh pemain lawan.
Gobak sodor dapat melatih kekompakan, kerja sama, dan yang utama; keberanian para siswa. Permainan gobak sodor adalah permainan kelompok. Diperlukan satu kelompok sebagai tim laku dan satu kelompok lainnya adalah tim jaga. Inti dari permainan ini sendiri adalah tim jaga harus berdiri tepat di garis depan petak gobak sodor agar tim laku tidak bisa melewati garis petak tersebut secara bolak-balik. Kalau tim laku mau menang, maka seluruh anggota timnya harus bolak balik.
b. Sibuta Lola-Lolo
Permainan ini dilakukan dengan kerjasmaa dan menggunakan alat yang sederhana yaitu cukup dengan selembar sapu tangan . Kemudian membuat batas lingkaran di tanah sebesar garis tengah sekitar 2,5 meter sebagai lapangan bermain . Permainan Sibuta Lola-Lolo paling sedikit diikuti oleh 3 orang anak dan bisa pula sampai 6 orang anak jumlahnya . Untuk menentukan siapa yang jadi ” buta ” maka diadakan terlebih dahulu dari kelasnya. Si buta harus benar benar tidak dapat melihat keadaan sekitar karena telah ditutup menggunakan sarung tangan . Dengan aba-aba dari salah seorang temannya yang mengatakan ” sudah ” maka permainan dimulai . Sibuta akan merentangkan tangannya berusaha untuk menangkap sesuai instruksi yang ada didalam lingkaran tersebut. Sibuta Lola Lolo butuh sekali kerjasama dan saling percaya antar tim. Apapun posisinya harus percaya bahwa teman kita benar dalam berkerja sehingga menghasilkan pekerjaan yang benar.
c. Finding Permainan Tradisional sebagai berikut a) Bersifat rekreasi b) bersifat sederhana c) bersifat kompetitif d)meningkatkan kreativitas e) meningkatkan kerjsama kekompakan f)melatih empati g) menanggulangi konflik
4. Future (Penerapan)
Penerapan Program Berdampak Pada Murid dengan Program Kreasi Siswa Permainan Tradisional SMA Negeri 1 semarang telah dilaksanakan maka muncul harapan dan penerapan kedepan yaitu
1. Membuat program berikutnya yang berdampak pada murid dengan penekanan tujuan asset siswa
2. Memetakan kembali asset siswa baru nanti untuk program selanjutnya
3. Melaksanakan program yang sudah direncanakan namun hanya bisa terlaksanan nanti setelah tahun ajaran baru
4. Mengevaluasi diri terhadap kekurangan diri dan kelebihan diri CGP
5. Koordinasi lanjutan aksi nyata berikutntya dengan rekan CGP disekolah dan manajemen sekolah
6. Melibatkan murid dalam penyusunan program,
7. Meningkatkan dan mendorong murid Voice/Suara, Choice/Pilihan dan Ownership/Kepemilikan serta Lingkungan yang mendukung.